Faktor Keharmonisan Suami-Istri
Sebagai perumah tangga, terdapat fase kehidupan dimana kita akan menikah. Menikah dengan pasangan yang kita cintai dan sayangi adalah dambaan semua orang.
Walaupun Sang Buddha tidak memilih jalan hidup-Nya sebagai perumah tangga (Gharāvāsa) melainkan menjadi petapa atau samaṇa (Pabbajita), namun beliau tetap memberi nasihat kepada kita untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan lebih baik.
Ada beberapa faktor yang ditunjukkan oleh Sang Bhagavā kepada pasangan suami istri, yang akan atau sedang menempuh kehidupan rumah tangga agar menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan satu sama lain, yakni:
Kesamaan Keyakinan (saddhā): Memiliki konsep dan pandangan yang sepadan terhadap Tiratana.
Kesamaan Kemoralan (sīla): Serasi dalam hal tingkah laku dan moralitas (Pañcasīla).
Kesamaan Kemurahan Hati (cāgā): Mempunyai tekad dan semangat yang selaras untuk melakukan kebajikan.
Kesamaan Kebijaksanaan (paññā): Sebanding terhadap wawasan dan konsepsi yang sesuai Buddha Dhamma.
Jika kesetaran dalam hal pandangan, moralitas, kebajikan, dan pengetahun ini dilaksanakan oleh dua sejoli, maka akan mengondisikan akan selalu harmonis dan sejahtera hingga akhir hayatnya.
Hingga sekarang, wejangan ini tetap disampaikan oleh Bhikkhu dan Paṇḍitā saat pemberkahan pernikahan secara Buddhis di vihāra.
Semoga Menjadi Keluarga Hitāya (sejahtera) Sukhāya (bahagia).
Salam bahagia selalu…
Sumber: Aṅguttara Nikaya II, 60.
Jika ingin berkontribusi dan berdiskusi terkait informasi Buddha Dhamma dapat menghubungi:
- Instagram: midway.buddhist
- Facebook: midway.buddhist
Penulis: Vincent Satya Surya, 2020.