Nandopananda: Delegasi

Midway Buddhist Indonesia
4 min readNov 16, 2021

Buddha is My Superhero: Bukti bahwa Sang Buddha adalah “Pahlawan” bagi Dewa dan Manusia berdasarkan Buddhajayamaṅgala Gāthā

Instagram: @midway.buddhist

Nandopananda-bhujagaṃ vibudhaṃ mahiddhiṃ
Puttena therabhujagena damāpayanto
Iddhūpadesa-vidhinā jitavā munindo
Tantejasā bhavatu te jayamaṅgalāni

Nandopananda, nāga berkesaktian tinggi berpengertian salah.
Raja para Bijaksanawan menaklukkannya dengan petunjuk kekuatan sakti kepada Moggallāna Thera,
menyuruh sang Putra menjelma menjadi nāga menjinakkannya.
Dengan kekuatan ini semoga Anda mendapat berkah kejayaan.

Pada suatu hari, hartawan Anāthapiṇḍika, sesudah mendengarkan Ajaran Sang Buddha di Vihāra Jetavana, mengundang Sang Guru Agung dengan 500 bhikkhu untuk menerima dana pada esok harinya.

Pagi-pagi sekali, pada saat Sang Buddha memeriksa keadaan di dunia ini, Beliau melihat Raja Naga Nandopananda mempunyai pandangan salah, tetapi mempunyai kamma baik untuk berlindung kepada Sang Tiratana. Sang Guru juga melihat hanya Bhikkhu Moggallāna yang mempunyai kemampuan untuk menaklukkan Raja Nāga itu.

Sang Buddha meminta Bhikkhu Ānanda untuk memanggil 500 muridNya untuk menyertai Beliau ke Surga Tāvatiṃsa. Sang Buddha beserta para bhikkhu terbang di udara. Dalam perjalanan menuju Surga Tāvatiṃsa, mereka melintas di atas kediaman Nandopananda. Ketika itu, ia sedang menikmati makanannya yang enak. Ia sangat marah melihat para bhikkhu terbang melintas di atas kediamannya, dan berniat untuk menghalangi perjalanan mereka.

Ia lalu bergelung melingkari Gunung Sineru sebanyak 7 kali dan kepalanya berada di puncak gunung. Ia menciptakan kegelapan, membuat segala sesuatu tidak kelihatan, sehingga menyebabkan Surga Tāvatiṃsa tidak dapat terlihat. Kegelapan yang terjadi dengan mendadak ini, menyebabkan Bhikkhu Raṭṭhapāla berkata kepada Sang Buddha, bahwa tidak ada surga maupun Istana Vejayanta dapat terlihat pada hari itu. Sang Buddha lalu menjelaskan kepadanya bahwa Raja Nāga Nandopanandalah yang menyembunyikan gunung tersebut. Setelah mendengar penjelasan Sang Guru, Bhikkhu Raṭṭhapāla berkata ia akan pergi dan menaklukkan Raja Naga itu, tetapi Sang Buddha tidak mengizinkannya.

Kemudian Bhikkhu Bhaddiya maju ke depan, menawarkan diri untuk menaklukkannya, tetapi Sang Buddha juga tidak mengizinkannya. Kemudian Bhikkhu Rahula dan beberapa bhikkhu lainnya juga tidak diizinkan oleh Sang Buddha untuk menaklukkan Raja Nāga tersebut.

Dengan seizin Sang Buddha, Bhikkhu Moggallāna pergi untuk menaklukkan Raja Nāga Nandopananda. Beliau lalu mengubah dirinya seperti Raja Nāga juga, lalu mendekati Nandopananda. Ia lalu melingkari Nandopananda sebanyak 14 kali dengan ekornya.

Ia menaruh kepalanya di atas kepala Nandopananda dan menekannya ke bawah ke Gunung Sineru. Raja Nāga berusaha keras untuk melepaskan diri dengan menyemburkan bisanya. Tetapi Bhikkhu Moggallāna mengirimkan serangan balasan, yang lebih kuat daripada Raja Nāga yang membuat Raja Nāga itu amat menderita. Kemudian Raja Nāga menyemburkan api, dan Bhikkhu Moggallāna juga melakukan hal yang sama. Semburan api itu amat menyakiti Raja Nāga, tetapi sebaliknya semburan api Raja Nāga tidak menyakiti Bhikkhu Moggallāna.

Nandopananda lalu berteriak dengan marah: “Siapakah engkau?”

“Saya adalah Moggallāna,” jawab Bhikkhu Moggallāna yang sudah kembali ke wujudNya semula.

Sesudah itu Bhikkhu Moggallāna masuk ke dalam salah satu telinga Raja Nāga dan keluar dari telinga lainnya. Ketika Raja Nāga membuka mulutnya, Bhikkhu Moggallāna memasuki perutnya, dan mulai berjalan naik turun, dari kepala sampai ke ekor dan dari ekor sampai ke kepala. Sang Buddha menegur Bhikkhu Moggallāna dan mengingatkanNya akan kekuatan Raja Naga itu.

Raja Naga amat marah dengan gangguan pada ususnya yang amat menyakitkan. Ia lalu memutuskan untuk menekan sampai mati kalau Bhikkhu Moggallāna keluar dari mulutnya. Ia lalu berkata:
“Yang Mulia, keluarlah dan jangan berjalan naik turun di dalam perutku ini.”

Tetapi Bhikkhu Moggallāna keluar tanpa diketahuinya. Ketika Raja Nāga itu melihatNya sudah berada di luar, ia lalu menyemburkan racun berbisanya yang lain. Bhikkhu Moggallāna dengan segera masuk ke Jhāna keempat, disana semburan racun berbisa itu tidak dapat menyentuh sehelai rambut pun di tubuhNya.

Selain Sang Buddha, hanya Bhikkhu Moggallāna yang dapat masuk ke Jhāna keempat dengan segera. Para bhikkhu lainnya harus mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan bermeditasi. Bagaimanapun mereka tidak akan dapat dengan segera memasuki Jhāna keempat agar dapat terhindar dari semburan racun berbisa Raja Nāga itu, karena apabila terlambat mereka akan hangus menjadi abu. Sang Buddha telah mengetahui kejadian yang amat kritis ini, dan tidak mengizinkan para bhikkhu yang lain, kecuali hanya Bhikkhu Moggallāna yang dapat menaklukkan Raja Nāga ini.

Nandopananda menerima kekalahannya dan mengubah dirinya menjadi seorang pemuda dan berkata:
“Yang Mulia, saya ingin berlindung kepadaMu.”

Ia bersimpuh di kaki Bhikkhu Moggallāna. Kemudian Bhikkhu Moggallāna mengatakan bahwa Sang Buddha ada di sini dan mereka lalu pergi menemui Beliau.

Bhikkhu Moggallāna membawa Raja Nāga ke hadapan Sang Buddha, lalu bersujud:
“Yang Mulia, saya ingin berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Saṅgha.”

Sang Buddha bersabda:
“O, Raja Nāga, semoga kamu bahagia.”

Dengan diiringi ke lima ratus bhikkhu, Sang Buddha lalu melanjutkan perjalanan menuju Surga Tāvatiṃsa menemui Raja Sakka.

Setelah selesai, Sang Buddha kemudian kembali ke Sāvatthī. Hartawan Anāthapiṇḍika yang sedang menunggu kedatangan Sang Buddha untuk memberikan dananya, mendengar bahwa Bhikkhu Moggallāna dapat menaklukkan Raja Nāga Nandopananda, ia merasa amat gembira, lalu ia mempersembahkan dāna kepada Sang Buddha dan ke lima ratus bhikkhu terus-menerus selama 1 minggu.

Referensi: samaggi-phala.or.id

Salam bahagia selalu…

Jika ingin berkontribusi dan berdiskusi terkait informasi Buddha Dhamma dapat menghubungi:

  • Instagram: midway.buddhist
  • Facebook: midway.buddhist
  • YouTube: Midway Buddhist
  • Spotify: Midway Podcast by @midway.buddhist
  • Anchor: Midway Podcast by @midway.buddhist

Kontributor: Vincent Satya Surya, 2021.

--

--

Midway Buddhist Indonesia

Wadah diskusi dan belajar tentang ajaran Buddha serta cara menjalani kehidupan dengan lebih baik. Selalu berbagi Dhamma kepada semua. Salam bahagia selalu...