Pelita yang Tak Padam

Midway Buddhist Indonesia
2 min readDec 2, 2021

“Keteguhan”: Serangkaian kisah perjuangan dramatis yang terdapat dalam Ajaran Buddha.

Instagram: @midway.buddhist

Suatu hari, Sang Buddha membabarkan Dhamma pada malam hari. Dan untuk penerangan semua pendengar pembabaran Dhamma tersebut, para umat membawa sebuah pelita dan dipersembahkan kepada Sang Buddha yang juga berfungsi sebagai penerangan di tempat Sang Buddha membabarkan Dhamma.

Para pendengar datang dari berbagai penjuru negeri dan dari berbagai kalangan. Dari kaum bangsawan, hartawan, hingga rakyat biasa, karena Dhamma yang Sang Buddha sampaikan saat itu adalah untuk umat perumah tangga. Saat Buddha membabarkan Dhamma, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang dan akhirnya membuat pelita-pelita yang berjumlah ratusan itu mulai mati, sampai terakhir angin kencang itu berhenti bertiup, hanya tersisa sebuah pelita yang masih menyala.

Terang pelita ini walaupun hanya satu, namun uniknya sama terang dengan ratusan pelita yang mati. Dan pendengar Dhamma ini pun bertanya:
“Wahai Guru Agung junjungan kami semua, mengapa pelita ini masih menyala ditengah tiupan angin kencang tadi? Dan terang satu pelita ini mengapa cukup untuk menerangi satu tempat ini, dan siapakah pemilik pelita ini?“

Sang Buddha pun menjawab: “Pelita ini tak padam oleh angin kencang tadi adalah karena ketulusan orang yang mempersembahkan pelita ini, dan terang pelita ini juga membuat seluruh tempat ini dapat menjadi terang0benderang karena ketulusan pemilik pelita ini, wahai nenek pemilik pelita ini majulah, dan jelaskan dengan apa Anda membeli pelita ini dan dimana engkau membeli pelita ini?”

Dan majulah seorang nenek renta tanpa rambut maju ke hadapan Buddha dan memberi hormat seraya berkata: “Hormatku pada Guru Agung junjungan dunia, aku orang miskin dan tak punya apa-apa, ketika mendengar berita bahwa ada pembabaran Dhamma pada malam hari ini, akupun ingin ikut mendengar pembabaran Dhamma dariMu wahai Sang Buddha. Akupun datang dan ketika mau membeli pelita setelah menjual satu-satunya hartaku, yaitu rambut panjangku, dan kubelikan pelita dan minyak yang terbaik untuk kepersembahkan padaMu sebagai tanda ketulusanku”.

Seluruh pendengar Dhamma yang ada disana terdiam dan kagum akan ketulusan sang nenek renta yang tulus ini. Sang Buddha pun bersabda: “Bukan ia yang memberi persembahan dengan pelita indah, bukan ia pula yang mempersembahkan dengan pelita mahal, namun ia yang mempersembahkan sesuatu dengan tulus maka inilah kebajikan yang tertinggi dan akan selalu dikenang oleh umat manusia”.

Nenek yang tulus ketika mepersembahkan pelita ini, ia tak memikirkan buah kebaikannya, tanpa kesombongan serta keangkuhan, maka pelita dengan ketulusan ini tak bisa mati oleh angin dan terangnya lebih terang daripada ratusan pelita yang dipersembahkan dengan keakuan dan mengharap jasa kebajikan yang dilakukan.

Referensi: kompasiana.com

Salam bahagia selalu…

Jika ingin berkontribusi dan berdiskusi terkait informasi Buddha Dhamma dapat menghubungi:

  • Instagram: midway.buddhist
  • Facebook: midway.buddhist
  • YouTube: Midway Buddhist
  • Spotify: Midway Podcast by @midway.buddhist
  • Anchor: Midway Podcast by @midway.buddhist

Kontributor: Vincent Satya Surya, 2021.

--

--

Midway Buddhist Indonesia

Wadah diskusi dan belajar tentang ajaran Buddha serta cara menjalani kehidupan dengan lebih baik. Selalu berbagi Dhamma kepada semua. Salam bahagia selalu...