Raja Asoka: Penguasa Kekaisaran Maurya Gupta

Midway Buddhist Indonesia
3 min readSep 10, 2021

--

Crazy Rich Jambudīpa: Tokoh berpengaruh yang bergelimang harta namun tetap rutin melakukan kebajikan yang besar dan bernilai.

Instagram: @midway.buddhist
  • Menjadi penakluk seluruh daratan India.

Setelah dinobatkan sebagai raja, Asoka pada mulanya mengikuti jejak ayahnya (Bindusara) dan kakeknya (Chandragupta) dan ingin menyempurnakan penaklukan seluruh daratan India. Ia menyerbu dan menaklukkan negara Kalinga (sekarang Orissa) dan menggabungkan dengan negerinya. Ratusan ribu orang mati, luka, cacat dan ditawan. Tetapi pembantaian besar-besaran ini dan matinya beribu-ribu manusia membuat Asoka sangat menyesal dan menjadi titik balik dari penghidupan sebelumnya.

  • Mendirikan vihāra di berbagai desa dan kota di mana terdapat 84.000 buah cetiya.

Menurut Samantapasadika, penghasilan Asoka yang berjumlah 500.000 mata uang zaman itu dibagi sebagai berikut :

  • 100.000 mata uang diberikan kepada Nigrodha yang dapat dipakai untuk apa saja.
  • 100.000 mata uang untuk membeli barang-barang persembahan di Vihāra Agama Buddha, seperti dupa, bunga dan lain-lain.
  • 100.000 mata uang untuk membeli makanan, minuman dan keperluan Saṅgha lainnya.
  • 100.000 mata uang untuk pengembangan agama Buddha
  • 100.000 mata uang untuk membeli obat-obatan bagi yang sakit.

Setelah mendengar dari Moggaliputta Tissa Mahāthera bahwa Ajaran sang Buddha terdiri dari 84.000 Dhamma, Asoka mendirikan vihara di berbagai desa dan kota di mana terdapat 84.000 buah cetiya. Dan di Pataliputta Asoka membangun sebuah vihara besar dan megah. Konon diceritakan bahwa dengan bantuan Raja Naga Mahakala ia membuat patung Sang Buddha dalam ukuran sebenarnya, dimana Asoka sering memberi persembahan-persembahan yang mewah.

Kedua anaknya, yaitu putranya Mahinda dan putrinya Sanghamitta, pada usia muda ditahbiskan menjadi bhikkhu dan bhikkhuni dalam upacara yang dipimpin oleh Moggaliputta Tissa dan Dhammapala di tahun ke enam pemerintahannya. Dengan peristiwa ini Asoka meningkat dari seorang Paccadayaka menjadi Sasanadayadin.

  • Banyak melakukan perjalanan ziarah ke tempat suci Buddha dan mendirikan Pilar Asoka sebagai tanda.

Selanjutnya Asoka banyak melakukan perjalanan ziarah ke tempat-tempat agama Buddha. Di tahun pemerintahannya yang kedua puluh ia mengunjungi Taman Lumbinī di mana Sang Buddha dilahirkan. Di tempat ini ia mendirikan “Pilar Asoka“ di mana terdapat tulisan sebagai berikut : “…bahwa ia mengunjungi tempat itu untuk memberi penghormatan kepada tempat di mana Sang Buddha dilahirkan “. Dan untuk memperingati kunjungannya ke Taman Lumbinī ia membebaskan rakyat setempat dari kewajiban membayar pajak kepada pemerintah.

Hal yang sama dilakukan Asoka ketika mengunjungi Buddha Gaya dan Sarnath, di mana Sang Buddha memperoleh Penerangan Agung dan di mana Sang Buddha memberikan khotbahNya yang pertama. Di Sarnath dulu terdapat sebuah tugu (pilar) yang sekarang sudah rusak, di mana terdapat pemberitahuan tentang pemecatan para bhikkhu dari Saṅgha karena menimbulkan perpecahan dalam Saṅgha.

  • Mensponsori Sidang Agung Saṅgha ketiga berlangsung selama sembilan bulan.

Raja Asoka kemudian mengirim undangan kepada semua bhikkhu untuk menghadiri satu Persidangan Agung dari Sangha yang akan dipimpin oleh Moggalliputta Tissa. Sangha Samaya Ketiga berlangsung selama sembilan bulan. Sidang ini berhasil menertibkan beberapa perbedaan pendapat (antara lain tentang adanya Atma yang kekal abadi) yang menyebabkan perpecahan dalam Sangha.

Di samping itu sidang memeriksa kembali dan menyempurnakan kanon (Kitab Suci) Pāḷi. Di Sidang Agung Ketiga ini ajaran Abhidhamma (Kathavatthu Pakarana) diulang secara tersendiri, sehingga dengan demikian lengkaplah sudah Kanon Pali yang terdiri dari Tiga Kelompok Besar (Vinaya, Sutta dan Abhidhamma), meskipun masih belum ditulis dalam kitab dan masih dihafal di luar kepala oleh hadirin yang terdiri dari seribu orang bhikkhu yang taat kepada Dhamma dan Vinaya yang benar.

Sedangkan para bhikkhu yang terkena penertiban (60.000 orang) meninggalkan golongan Sthaviravada (pendahulu dari golongan yang sekarang dikenal sebagai Theravāda) dan mengungsi ke utara. Hasil lain yang penting dari sidang ini adalah pengiriman dhammaduta ke segenap penjuru dunia. Majjhantika dikirim ke Kasmir; Gandhara dan Mahadeva ke Mahisamandala; Rakkhita ke Vanavasa; Yona Dharmmarakkhita ke Aparantaka (India Barat); Maharakhita ke Yona; Majjhima ke wilayah Himalaya; Sona dan Uttara ke Suvannabhumi (Malaya dan Sumatera); Mahinda dengan Itthiya, Uttiya, Sambala dan Bhaddasala ke Srilanka.

Referensi: samaggi-phala.or.id

Salam bahagia selalu…

Jika ingin berkontribusi dan berdiskusi terkait informasi Buddha Dhamma dapat menghubungi:

  • Instagram: midway.buddhist
  • Facebook: midway.buddhist
  • YouTube: Midway Buddhist
  • Spotify: Midway Podcast by @midway.buddhist
  • Anchor: Midway Podcast by @midway.buddhist

Kontributor: Vincent Satya Surya, 2021.

--

--

Midway Buddhist Indonesia
Midway Buddhist Indonesia

Written by Midway Buddhist Indonesia

Wadah diskusi dan belajar tentang ajaran Buddha serta cara menjalani kehidupan dengan lebih baik. Selalu berbagi Dhamma kepada semua. Salam bahagia selalu...

No responses yet