Raja Bimbisāra: Penguasa Kerajaan Magadha
Crazy Rich Jambudīpa: Tokoh berpengaruh yang bergelimang harta namun tetap rutin melakukan kebajikan yang besar dan bernilai.
- Pernah menawarkan setengah kekayaannya kepada Petapa Gotama.
Setelah memutuskan untuk meninggalkan keduniawian dan menjadi seorang petapa, Siddhattha Gotama tinggal di Anupiya-ambavana, sebuah hutan mangga di dekat Kota Anupiyā, tidak jauh dari Sungai Anomā selama tujuh hari pertama.
Kemudian pada hari kedelapan Ia pergi sejauh tiga puluh yojana menuju ke Rājagaha, ibukota Kerajaan Magadha, di India Utara. Di Rājagaha, Ia menolak tawaran Raja Bimbisāra yang akan memberikan separuh kekuasaannya setelah mengetahui identitas Siddhattha Gotama yang merupakan seorang pangeran.
- Mempersembahkan Veḷuvana, hutan bambu untuk tempat tinggal Sang Buddha dan para bhikkhu yang menjadi vihāra pertama.
Sang Buddha tiba di istana Raja bersama dengan seribu muridNya, dan menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Raja Bimbisara mempersembahkan dana makan siang kepada Sang Buddha beserta seribu muridNya makanan dan minuman yang terbaik, beliau lalu duduk di salah satu sisi dan mulai berpikir:
“Di manakah tempat untuk Sang Buddha berdiam, yang tidak terlalu jauh atau pun terlalu dekat dengan penduduk, yang mudah dikunjungi oleh para pengikutNya, yang tidak berisik pada siang dan malam hari dengan udara yang bersih dan cukup menunjang untuk menjauhkan diri dari keramaian.”
Raja Bimbisara berpikir bahwa Veḷuvana, Hutan Bambu, adalah sebuah tempat yang paling cocok untuk maksud tersebut, dan ia berniat untuk menyerahkannya kepada Sang Buddha dan persaudaraan para bhikkhu, anggota Saṅgha.
Raja Bimbisara lalu mengambil sebuah kendi emas dan menuang air sebagai tanda ia mempersembahkan Hutan Bambu itu dan berkata kepada Sang Buddha: “O Yang Mulia, saya mempersembahkan Hutan Bambu untuk persaudaraan para bhikkhu, anggota Sangha yang dipimpin oleh Sang Buddha. Semoga Yang Maha Sempurna menerima persembahan ini.”
Sang Buddha menerangkan lebih mendalam kepada Raja tentang Dhamma yang mulia, kemudian meninggalkan istana. Kemudian Sang Buddha membabarkan Dhamma kepada para bhikkhu, dan menyetujui untuk menerima Hutan Bambu tersebut.
- Selalu menyokong Saṅgha dan mengembangkan kebaikan hingga akhir hayatnya.
Ketika itu, anak Raja Bimbisara, bernama Pangeran Ajatasattu, telah dewasa. Ia dipengaruhi oleh Devadatta Thera, yang membujuknya untuk merampas tahta kerajaan dan membunuh ayahnya. Pangeran Ajatasattu lalu merencanakan untuk menggulingkan takhta kerajaan ayahnya, tetapi Raja Bimbisara yang mengetahui rencana anaknya yang jahat itu, tidak menghukumnya, tetapi Beliau menyerahkan takhta kerajaan itu seperti yang diinginkan anaknya itu.
Tetapi Pangeran Ajatasattu yang jahat itu tidak puas, ia lalu menangkap dan memasukkan ayahnya ke dalam penjara. Ia memerintahkan supaya ayahnya tidak diberi makan, ia ingin agar ayahnya menderita sampai mati. Ketika Bimbisara yang tidak lagi mempunyai makanan untuk mempertahankan hidupnya, lalu berlatih meditasi berjalan. Setiap hari ia selalu mengingat ajaran Sang Buddha dan berlatih meditasi dengan rajin, akhirnya ia mencapai Tingkat Kesucian Pertama (Sotapanna), batinnya tetap tenang dan bahagia.
Referensi: bhagavant.com, samaggi-phala.or.id, samaggi-phala.or.id
Salam bahagia selalu…
Jika ingin berkontribusi dan berdiskusi terkait informasi Buddha Dhamma dapat menghubungi:
- Instagram: midway.buddhist
- Facebook: midway.buddhist
- YouTube: Midway Buddhist
- Spotify: Midway Podcast by @midway.buddhist
- Anchor: Midway Podcast by @midway.buddhist
Kontributor: Vincent Satya Surya, 2021.