Raja Pasenadi: Penguasa Kerajaan Kosala
Crazy Rich Jambudīpa: Tokoh berpengaruh yang bergelimang harta namun tetap rutin melakukan kebajikan yang besar dan bernilai.

- Banyak menyokong Sang Buddha dan Saṅgha semasa hidupnya.
Raja Pasenadi adalah raja Negeri Kosala dengan ibukota Sāvathi. Ia adalah saudara ipar dari Raja Bimbisāra. Raja Pasenadi Kosala menjadi pengikut Buddha pada masa sangat awal dari kepemimpinan Buddha, dan tetap setia menjadi pendukung Buddha hingga akhir hayatnya. Permaisurinya, Mallika, adalah seorang ratu yang bijaksana dan taat pada ajaran Buddha.
- Mendirikan vihāra di dalam kota untuk para Bhikkhuni karena tidak aman jika Bhikkhunī tinggal di hutan.
Ada seorang putri hartawan di Sāvatthi yang sangat cantik, dengan wajah yang sangat lembut dan manis, seperti bunga teratai biru. Ia diberi nama “Uppalavaṇṇā”, teratai biru. Kecantikannya tersohor sampai ke mana-mana, dan banyak pemuda yang ingin melamarnya. Pangeran, orang kaya dan yang lainnya. Tetapi ia memutuskan bahwa lebih baik dia menjadi seorang bhikkhuni, murid wanita Sang Buddha yang hidup tidak berkeluarga.
Suatu hari setelah menyalakan sebuah lampu, dia memusatkan pikirannya pada nyala lampu, dan bermeditasi dengan objek api, beliau segera mencapai pandangan terang dan akhirnya mencapai tingkat kesucian arahat.
Beberapa waktu kemudian, ia pindah ke “Hutan Gelap” (Andhavana) dan hidup dalam kesunyian. Ketika Uppalavaṇṇā sedang keluar untuk menerima dana makanan, Nanda, putra dari pamannya, datang mengunjungi vihāra tempat ia tinggal dan memukul-mukulkan dirinya ke bawah tempat duduk Uppalavaṇṇā.
Nanda telah jatuh cinta kepada Uppalavaṇṇā sebelum ia menjadi seorang bhikkhuni; dan sangat ingin memilikinya dengan paksa. Ketika Uppalavaṇṇā datang, ia melihat Nanda dan berkata, “Kamu bodoh! Jangan menyakiti dirimu sendiri. Jangan menganiaya dirimu sendiri.” Tetapi Nanda tidak mau berhenti. Setelah puas menyakiti dirinya, Nanda meninggalkan Uppalavanna
Segera setelah ia melangkahkan kakinya ke tanah, tanah itu langsung membelah dan ia masuk ke dalamnya, akibat dari perbuatannya mengganggu orang suci.
Mendengar hal itu Sang Buddha membabarkan Dhammapada syair 69 berikut ini:
Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak,
maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti madu;
tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak,
maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan.
Beberapa orang mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Sang Buddha selanjutnya mengundang Raja Pasenadi Kosala dan berkata kepada beliau tentang bahayanya seorang bhikkhuni tinggal di hutan menghadapi orang-orang tidak bertanggung jawab yang dibutakan oleh nafsu seksualnya. Sang Raja berjanji hanya akan membangun vihara-vihara untuk para bhikkhuni di kota-kota atau dekat dengan kota.
- Seorang raja yang paling banyak mendengarkan Dhamma dari Sang Buddha.
Pada waktu pertama kali Raja bertemu dengan Buddha, Pasenadi bertanya, “Bagaimana bisa Guru Gotama menyatakan bahwa telah mencapai Penerangan Sempurna, sedangkan Guru Gotama masih muda, baik dalam usia maupun dalam kebhikkhuan?”
Buddha menjawab, “Raja yang agung, terdapat empat hal yang tidak boleh dianggap remeh dan dipandang rendah karena mereka masih muda.” Setelah mendengar penjelasan Buddha, Raja Pasenadi Kosala mengerti bahwa Buddha memang benar-benar seorang guru yang bijaksana, dan ia memutuskan untuk menjadi pengikut-Nya.
Suatu hari ketika berbicara kepada Buddha, ia menerima kabar bahwa istrinya, Ratu Mallika, telah melahirkan seorang putri. Raja tidak gembira mendengar kabar itu karena menginginkan seorang putra.
Buddha berkata: “Sebagian wanita adalah lebih baik daripada pria, O Raja. Ada wanita-wanita yang bijaksana, baik, yang menghormati ibu mertuanya, seperti dewa, dan yang tulus dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan. Mereka suatu hari mungkin melahirkan anak laki-laki yang berani yang dapat memerintah kerajaan.”
Buddha mengatakan bahwa orang terkasih yang kita cintai dapat mendatangkan dukacita dan ratapan, penderitaan, kesedihan, dan kepatahan hati.” “Mallika,” kata Raja, “sungguh mengagumkan, sungguh menakjubkan begitu jauh Buddha dapat melihat melalui pengertian-Nya”.
Ketika Raja Kosala kalah perang dengan keponakannya dan harus mundur ke ibu kota Savatthi, Buddha berkomentar kepada para murid-Nya bahwa bukan yang menang maupun yang kalah yang akan merasakan kedamaian:
“Kemenangan membiakkan kebencian Yang kalah hidup dalam kesakitan Kebahagiaan hidup yang damai diperoleh dari melepaskan kemenangan dan kekalahan.”
Dalam peperangan berikutnya, kedua raja bertempur dan Raja Kosala tidak saja menang, tetapi ia juga berhasil menangkap Raja Ajatasattu hidup-hidup bersama semua pasukan gajah, kereta, kuda, dan prajuritnya. Raja Kosala berpikir akan melepaskan keponakannya, tetapi tidak untuk kuda-kuda, gajah, dan yang lain-lainnya. Ia menginginkan kepuasan dari menahan harta benda ini sebagai hadiah bagi kemenangannya.
Mendengar hal ini, Buddha mengatakan kepada para murid-Nya bahwa akan lebih bijaksana bagi Raja Kosala untuk tidak menahan benda apa pun bagi dirinya. Kebenaran dari pernyataan ini masih tetap diterapkan di dunia peperangan modern:
“Seseorang mungkin bisa merampas semuanya. Bilamana orang lain merampas balik, ia yang terampas akan merampas balik. Roda Perbuatan terus berputar dan membuat seseorang yang dirampas menjadi merampas.”
Raja Pasenadi Kosala bertarung dalam banyak peperangan dengan keponakannya, yaitu Raja Ajatasattu. Ia dikalahkan sekali dan dilain waktu ia menang.
Referensi: repositori.kemdikbud.go.id, samaggi-phala.or.id.
Salam bahagia selalu…
Jika ingin berkontribusi dan berdiskusi terkait informasi Buddha Dhamma dapat menghubungi:
- Instagram: midway.buddhist
- Facebook: midway.buddhist
- YouTube: Midway Buddhist
- Spotify: Midway Podcast by @midway.buddhist
- Anchor: Midway Podcast by @midway.buddhist
Kontributor: Vincent Satya Surya, 2021.