Tipe Watak Pribadi Manusia
Intellectual of Buddhism: Korelasi Ilmu Pengetahuan dan Buddhisme
Ketika berbicara tentang psikologi, terdapat satu topik yang sering dibahas, yaitu tentang watak atau kepribadian manusia.
Adanya 4 klasifikasi kepribadian manusia yang dicetuskan oleh Hippocrates, yakni:
- Sanguinis (optimis, aktif, dan sosial)
- Koleris (pemarah dan mudah tersinggung)
- Melankolis (analitis, bijak, dan tenang)
- Plegmatis (santai dan damai).
Penggolongan karakter ini tercatat dalam sejarah yaitu pada masa Yunani kuno yang hidup pada abad 460–370 SM. Sistem tipe kepribadian yang dicetuskan oleh Hippocrates ini merupakan salah satu yang tertua. Hippocrates membuat 4 kepribadian berdasarkan jumlah aliran cairan yang mengalir di tubuh manusia. Aliran cairan ini disebut sebagai “humor” oleh Hippocrates.
Dalam dunia psikologi, 4 kepribadian ini masih menjadi tolak ukur dan digunakan baik untuk keperluan klinis maupun dalam kehidupan sosial sehari-hari. Kita bisa menggunakan pandangan 4 kepribadian yang ada untuk menilai termasuk yang manakah kepribadian masing-masing atau orang-orang di sekitar kita.
Walaupun secara umum dibagi menjadi 4 jenis, tetapi penggolongan kepribadian tidak sekaku itu. Sebab kita bisa saja memiliki kombinasi. Seorang tokoh psikologi kenamaan Carl Jung membuat daftar temperamen campuran dimana seseorang bisa memiliki dua temperamen yang berbeda dan membaginya menjadi temperamen primer dan sekunder.
Bagaimanakah dengan agama Buddha? Apa ada hal seperti ini juga?
Sejak lebih dari 2600 tahun yang lalu, Sang Buddha telah menguraikannya. Penggolongan ini yang menjadi pedoman kita untuk menentukan objek meditasi.
Berikut carita (watak/kecenderungan) yang dimiliki manusia menurut Buddha:
- Rāga-carita (watak keserakahan)
- Dosa-carita (watak kebencian)
- Moha-carita (watak ketidaktahuan batin)
- Saddha-carita (cenderung kuat keyakinannya)
- Buddhi-carita (watak keintelekan)
- Vitakka-carita (cenderung suka melamun).
Dengan inilah kemajuan dalam meditasi dapat tercapai dengan lebih mudah. Seorang meditator bila objek meditasinya tidak sesuai dengan watak dirinya, maka akan sulit untuk mendapatkan kemajuan dalam meditasi.
Walaupun pada umumnya sebagian besar orang memiliki salah satu dari keenam watak tersebut yang paling menonjol, namun sebagian orang ada yang memiliki campuran dari keenam watak tersebut, dimana muncul secara bergiliran sesuai dengan kondisi dan situasi yang mendukungnya.
“Gemarlah mengembangkan batin!”
— Devatā-Uyyojana Gāthā
Sumber: untukyangterbaik.com, analisadaily.com
Salam bahagia selalu…
Jika ingin berkontribusi dan berdiskusi terkait informasi Buddha Dhamma dapat menghubungi:
- Instagram: midway.buddhist
- Facebook: midway.buddhist
- YouTube: Midway Buddhist
- Spotify: Midway Podcast by @midway.buddhist
- Anchor: Midway Podcast by @midway.buddhist
Kontributor: Vincent Satya Surya, 2021.